Mutiara Berharga di Ladang Gersang: Alternatif Strategis Ketahanan Pangan dan Ekonomi Lokal

Ladang Sorgum
Ilustrasi ladang sorgum (sumber: Pinterest)

Saya masih ingat sekali beberapa waktu lalu berkeliling minimarket hanya untuk mencari beras. Namun jawaban yang saya dapat adalah gelengan para karyawan minimarket. “Beras lagi kosong, bu,” kata mereka. 

Setelah lelah mencari akhirnya saya berhasil membelinya, hanya saja yang bikin kaget adalah harganya yang melonjak naik. Dari yang awalnya 13.000 /kg sekarang naik menjadi 16.000 /kg. Cukup mengejutkan bagi saya si ibu rumah tangga. 

Kelangkaan dan kenaikan harga beras membuat saya berfikir adakah alternatif lain selain beras untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari? 

Desa Sejahtera Astra Sorghum Lombok

Siapa sangka di Dusun Karangkruntal, Lombok sudah mempunyai solusi dalam mengatasi ketergantungan terhadap beras. Sorgum muncul sebagai alternatif solusi dalam menciptakan ketahanan pangan. Selain bisa menjadi makanan pokok, Sorgum juga memiliki potensi untuk menggerakkan ekonomi petani lokal di Lombok. 

Nur Rahmi Yanti adalah penggagas utama yang melihat potensi besar dari Sorgum. Tidak hanya untuk pengganti makanan pokok seperti beras. Olahan dari bahan dasar Sorgum juga bisa dijadikan berbagai macam jenis. Beberapa menyebut tanaman ini sebagai super food

Kenapa demikian? 

Keseluruhan tanaman ini bisa dimanfaatkan, mulai dari akarnya yang bisa dibuat jamu herbal, batangnya bisa diolah menjadi gula, biji sorgum yang bisa dibuat beras, tepung, dan masih banyak lainnya.

Sorghum dan Penggerak Ekonomi Lokal di Lombok

Nur Rahmi Yanti
Nur Rahmi Yanti: Penerima Apresiasi SATU Indonesia Award Tahun 2017, penggagas utama pengolahan pangan berbasis Sorgum sebagai penggerak ekonomi lokal di Lombok (sumber: radar lombok)

Sorgum merupakan tanaman serealia yang turunan olahannya bisa digunakan sebagai bahan pangan, pakan, dan industri dengan nilai ekonomi yang tinggi. Pemasarannya juga tidak terbatas hanya di dalam negeri saja, melainkan menjangkau sampai ke luar negeri. Yant Sorghum adalah contoh nyata dalam penyediaan kebutuhan pangan kaya gizi dan terjangkau bagi masyarakat Lombok dan sekitarnya. 

Yanti berhasil memperluas lahan tanam Sorgum ke 22 desa yang ada di 4 kabupaten Lombok dan sekitarnya. Sekitar 1000 petani dilibatkan, dan lahan yang dikelola adalah kurang lebih 500 hektare. Tentu ini adalah capaian yang positif dalam menciptakan ketahanan pangan di Lombok, yang artinya wilayah ini mampu menyediakan sumber pangan yang cukup bagi warganya. 

Ada lebih dari 20 produk yang dibuat dari Sorgum seperti: beras, tepung, sirup, cookies, gula cair, mie instan, susu sorgum, keju vegan, tempe, madu, keciput, keripik tempe, stik bawang, produk zero waste, dan masih banyak lainnya. 

Semua produk yang dihasilkan sudah dipasarkan di dalam negeri dan luar negeri seperti: Singapura, Malaysia, Tiongkok, Timor Leste, Dubai, Jepang, Turki, dan Belanda. 

Hal ini menjadi penggerak ekonomi lokal petani di Lombok dan sebagai program peningkatan kesejahteraan petani dan lapangan kerja. Dari yang sebelumnya para petani berpenghasilan 500 ribu dalam sebulan, setelah adanya program ini penghasilan mereka bisa meningkat menjadi 2 hingga 3 kali lipat, yaitu sekitar 1,2 juta sampai 1,5 juta per bulan.  Dengan dukungan Astra dan Kemendag 100 desa binaan dalam program ini bisa melakukan ekspor mandiri. Lebih menyenangkannya lagi adalah bukan hanya petani laki-laki yang berdaya, namun juga para ibu rumah tangga berpeluang dalam mengolah produk sorgum. Rata-rata pendapatan per panen bisa mencapai 25 juta. 

Diversifikasi Pangan, Sorgum merupakan upaya warga Lombok dalam mengembangkan atau memperluas jenis sumber pangan. Bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pangan pada beras atau gandum sebagai kebutuhan pokok masyarakat saat ini. 

Yanti bersama para petani lokal di Lombok berhasil mengolah dan mendistribusikan produk dari olahan Sorgum hingga ke mancanegara. Dengan branding Yant Sorghum, Yanti memfasilitasi petani dalam memasarkan sorgum ke pasar modern dan ekspor. 

Petani mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi dari segi pendapatan, kemandirian, dan akses terhadap sumber daya. Petani berdaya, ekonomi lokal berjaya berkat mutiara merah dari ladang gersang Lombok. Mutiara merah adalah kata kiasan yang pas untuk sorgum. 

Krisis Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Kelangkaan dan kenaikan harga beras di pasaran tidak bisa dianggap remeh. Hal ini bisa menjadi ancaman nyata bagi ketahanan pangan. Banyak keluarga di Indonesia harus memutar otak untuk tetap memenuhi kebutuhan pokok mereka. Di sisi lain, para petani sering terjebak dalam lingkaran pendapatan rendah karena hanya bergantung pada satu komoditas. Ketergantungan ini membuat kesejahteraan petani rentan goyah. 

Sorgum Sebagai Solusi Alternatif

Pengembangan ekonomi yang berbasis Sorgum menjadi langkah awal. Bukan hanya mengatasi masalah pangan, tapi juga bisa meningkatkan ekonomi para petani. Sorgum bisa tumbuh di ladang gersang sekalipun, membuat tanaman ini mudah dikembangkan. Selain itu banyak olahan yang bisa dihasilkan dari tanaman Sorgum. Mulai dari akar,batang, biji, hingga daun semua bisa digunakan sebagai alternatif dalam memenuhi krisis pangan dan menggerakkan ekonomi sekitar. 

Olahan sorgum yang beragam contohnya nasi sorgum, tepung, cookies, hingga camilan sehat menjadikan tanaman ini sangat potensial untuk masuk ke pasar pangan modern dan ekspor. Dengan sistem ini, petani tidak hanya sekedar bertahan hidup, tapi juga bisa meningkatkan pendapatan dari produk turunan sorgum yang mempunyai nilai tambah. 

Potensi Sorgum Dalam Kesejahteraan Pangan dan Ekonomi Lokal

Kenaikan pendapatan petani yang sebelumnya hanya mengandalkan dari satu komoditas. Kini memiliki pendapatan bulanan yang meningkat 2 hingga 3 kali lipat. 

Ketahanan pangan, karena tanaman sorgum merupakan tanaman yang bisa tumbuh di lahan kering sekalipun. Selain itu, seluruh bagian dari tanaman ini bisa dimanfaatkan, tentu akan mendukung ketahanan pangan lokal dan menekan limbah. 

Penciptaan lapangan kerja. Ada lebih dari 1000 petani yang dilibatkan dalam produksi, pengolahan, hingga distribusi. Hasilnya roda ekonomi lokal berputar lebih cepat dan lebih inklusif. Tidak hanya petani laki-laki yang terlibat dalam program ini, melainkan para ibu rumah tangga yang diikutsertakan dalam pengembangan produk sorgum. 

Penguatan ekonomi lokal dan ekspor, pengembangan produk olahan sorgum dan pembentukan brand meningkatkan daya saing dalam pemasaran produk. UMKM sukses menaikan omset pendapatan, dari yang awalnya puluhan juta hingga ratusan juta rupiah per bulan. Selain itu pemasaran produk olahan dari sorgum tidak hanya ada di pasar lokal melainkan mancanegara. Daya saing sorgum yang diproduksi memiliki potensi besar untuk bisa dikembangkan dan didistribusikan ke banyak negara.

Kesimpulan

Sorgum bukan hanya sekedar tanaman alternatif, melainkan solusi dalam mengatasi tantangan pangan dan ekonomi yang sedang dihadapi Indonesia saat ini, khususnya di Lombok.  

Seperti kelangkaan dan kenaikan harga beras yang terjadi beberapa bulan terakhir. Tidak menutup kemungkinan krisis pangan bisa terjadi kapan saja, keberadaan sorgum membuktikan bahwa diversifikasi pangan adalah solusi. 

Ekonomi berbasis sorgum bisa meningkatkan kesejahteraan petani lokal dari sisi pendapatan atau akses ke sumber daya yang sebelumnya terbatas. 

Dengan mengembangkan program ekonomi berbasis sorgum. Masyarakat tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga ikut membangun kemandirian ekonomi berkelanjutan. Pengembangan ekonomi berbasis sorgum di Dusun Sejahtera Astra Lombok bisa menjadi contoh penggerak ekonomi pangan di Indonesia. #APAxKBN2025


You May Also Like

0 Comments