Header Ads

Tiap Luka Pasti Ada Obatnya

Tiap luka pasti ada obatnya


Semua pasti pernah merasakan jatuh di kehidupannya, merasa terluka hingga kadang tertatih dalam menjalani keadaan yang sulit. Setiap kita pasti mempunyai lukanya masing-masing. 

Semua luka pasti terasa perih bagi penerimanya. Terlepas luka itu ringan bagi sebagian orang atau berat sekalipun. Namun, ringan dan berat itu bukan dinilai dari pandangan orang lain, melainkan dari diri kita sendiri. 

Luka, tak jarang tidak terlihat fisiknya tapi rasanya tetaplah perih, itulah luka hati. Terkadang luka ada juga yang seperti ini, tak terlihat dan ini yang paling susah untuk disembuhkan. Bukan cuma membekas di dada. Tapi, juga terkenang bagaimana rasa pahitnya. Itulah luka batin, dimana terasa perihnya namun tidak tampak fisiknya. 

Ada yang mati-matian menyembuhkan luka batinnya. Ada juga yang sedang berproses menerima luka tersebut. Bahkan ada yang sudah berteman dengan luka batinnya, sampai ia merasa tenang dalam berteman dengan lukannya. 

Bagaimanapun, menerima adalah salah satu hal yang mau tidak mau dilakukan bukan. Namun, saya paham kok, tidak semudah itu proses menerima luka. Saya, kamu, kita pasti perlu waktu, tak sedikit memerlukan hati yang tulus ikhlas. Dan membersihkan hati itu tak segampang membalikkan telapak tangan. 

Sejatinya, kita sendiri yang sedang berperang dengan luka milik kita. Bukan orang lain yang membuat kita terpuruk. Memang, mereka yang awalnya jadi perantara luka itu datang. Tapi, bukankah Allah selalu memberi kita pilihan untuk memaafkan. 

Jika kita memilih untuk memaafkan dari awal, percayalah, luka itu akan menghilang lebih cepat tanpa kamu sadari. Tapi, kembali lagi, apa pilihan kita? memaafkan atau bahkan menyimpan dendam. 

Mungkin jika dada kita saat ini merasa tidak nyaman, sesak, dan sakit. Bisa jadi pilihan kita saat ini adalah memendam luka. Memeliharanya hingga luka itu nyaman bersama kita. Jadi, bukankah pilihan kita dari awal adalah menentukan apa yang kita rasakan saat ini? 

Jika, saya, kamu, kita memilih memendam luka, lalu mengapa sekarang merasa yang paling tersakiti oleh pilihan itu sendiri. 

Saya tidak sedang menyalahkan kamu, tapi begitulah memang sifat manusia. Sayapun paham karena saya adalah salah satu pelakunya. Lebih mudah menyalahkan daripada mengakui kesalahan, lebih mudah mencari "kambing hitam" daripada melihat kesalahan diri sendiri. 

Lalu, apa selanjutnya? 

Muhasabah adalah salah satu cara agar kita bisa berdamai dan memaafkan. Cara yang tepat dalam menerima luka, jika kita tidak bermuhasabah dan mengakui ada kesalahan di dalam diri kita. 

Sungguh, tidak akan mungkin bisa, tidak mungkin kita bisa berdamai dengan luka batin kita sendiri. Luka itu akan selalu menyiksa kita dengan perihnya dan kita terluka dengan rasa kesal yang menyayat setiap saat. 

Percayalah setiap luka pasti ada obatnya, dan obat dari luka batin masa lalu adalah memaafkan. Proses memaafkan ini adalah dengan ber-muhasabah, mengakui jika tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua pasti ada kekurangannya dan semua pasti pernah melakukan kesalah termasuk diri kita. 

Rasulullah SAW pernah menyampaikan:

"Semua anak Adam pasti berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang ber-taubat," (HR Tirmidzi)

Begitu juga kita yang banyak sekali melakukan kesalahan. Jadi, jika luka itu datang entah siapa saja yang membawanya. Cobalah untuk menerima jika tidak ada yang lepas dari apa saja yang dinamakan salah, apalagi dia adalah manusia. 

Berilah maaf dan saling memaafkanlah. Berikan udzur pada mereka yang pernah keliru terhadap kita. Karena sebanyak apapun manusia memberi luka, tetaplah Allah yang dapat menyembuhkannya. Obat itu adalah berserah dan pasrah terhadap ketentuannya. 

Saya harap semua kita bisa berdamai dengan luka masing-masing. Aamiin. 

Posting Komentar