Header Ads

Mensyukuri Hidup di Usia 30 Tahun: Nol Pencapaian dan Perasaan Tertinggal

Mensyukuri Hidup di Usia 30 Tahun: Nol Pencapaian dan Perasaan Tertinggal


Mensyukuri hidup di usia 30 tahun dengan nol pencapaian dan perasaan tertinggal. Inilah yang saya rasakan akhir-akhir ini, memiliki perasaan tertinggal dan merasa belum mencapai sesuatu di usia yang sudah beranjak 30 tahun. 

Saat melihat teman-teman yang sudah memiliki impian mereka, ada perasaan yang tidak nyaman di dalam diri saya. Mungkinkah saya sedang iri dengan nasib baik teman-teman saya? itu yang selalu saya tanyakan pada diri saya sendiri. 

Namun, jawaban yang saya dapat adalah tidak, sama sekali saya tidak iri. Saya senang melihat teman saya bahagia, tapi disaat bersamaan saya merasa tertinggal dengan mereka. 

Saya merasa mereka pantas mendapat kebahagiaan itu. Tapi, saya seakan lupa bahwa saya juga harus meraih kebahagiaan saya. 

Jika dilihat secara seksama, mereka yang mencapai mimpi mereka tak mungkin didapat secara instan. Tentu saja, teman-teman saya bekerja keras untuk meraih impian mereka. Begitupun dengan saya, sama bekerja keras untuk meraih mimpi dan pencapaian saya. 

Beruntungnya, teman saya memiliki waktu yang lebih cepat dalam meraih mimpinya sedangkan saya harus menunggu lebih lama lagi prosesnya. Dengan begitu saya tahu, semua hanya perbedaan waktu. 

Saya jadi ingat dengan perkataan seseorang, entah saya lupa siapa namanya. Dia berkata, “Bunga tidak mekar di waktu bersamaan, mereka tahu kapan waktu yang tepat mereka mekar dengan indah. Semua didunia ini memiliki waktu masing-masing,” kira-kira begitulah kata orang itu. 

Jadi, kenapa harus memiliki perasaan tidak nyaman jika teman atau orang di sekitar kita menemui kebahagiaan. Ini hanyalah masalah waktu, kamu cukup memberikan ruang pada mimpimu dan biarlah mimpi itu menemukan waktunya sendiri. 

Tugas saya adalah mengusahakan agar mimpi itu tercapai. Tetap berproses dan jangan lelah untuk selalu bangkit kembali. Kesuksesan orang lain memang terlihat menyilaukan hingga membuat saya lupa dengan mimpi saya sendiri. 

Bersyukur dengan hal kecil disekitar adalah jawabannya. Tak harus dengan sesuatu hal yang besar, ketika menemukan spot tempat makan yang enak atau ketika bertemu teman yang baik, itu patut disyukuri. 

Dan yang lebih penting adalah saya masih hidup dengan sehat sampai sekarang. Itulah nikmat terbesar dari Tuhan bagi saya. Alhamdulillah. 🙂


Posting Komentar